Jumat, 26 Oktober 2012

Konsepsi Qurban Hari Raya Idhul Adha

Dari berapa abad yang lalu, Islam sebagai sebuh sistem religi memiliki ajaran tentang konsepsi berkurban yang dipercayai mempunyai tujuan yang mulia. Seperti yang di ungkapkan oleh Nittingham “bahwa pelaksanaan upacara berkurban yang terdapat pada setiap kepercayan adalah factor terpenting untuk diamati karena berkurban merupakan bagian dari pencerminan sebuah tingkah laku keagamaan yang aktif dan dapat di lihat.”
Umat Islam secara umum mengetahui istilah qurban sebagai sebuah kegiatan ritual berupa penyembelihan hewan tertentu. Jika kita membaca sejarah masa lalu, bentuk dan pemaknaan qurban senantiasa berbeda-beda. Pada masa Nabi Adam As., syari’at qurban dilaksanakan oleh putera-puteranya yang bernama Qabil dan Habil. Perintah ini didasari dua alasan: pertama karena kekayaan yang telah dimiliki oleh mereka dan kedua sebagai isyarat siapa di antara mereka yang diterima amalnya oleh Allah dan boleh meminang secara silang pasangan kembar mereka. Qabil meminang Labuda dan Habil meminang Iqlima. Pada saat itu Qabil berprofesi sebagai petani, sedangkan Habil berprofesi sebagai peternak. Qabil mengeluarkan qurban dari hasil pertaniannya. Begitu pula Habil mengeluarkan Qurban dari hewan peliharaannya. konsekuensi logis dari kalimat “la ilaha illa Allah” adalah penegasan terhadap segala bentuk penyembahan, pengabdian dan perbudakan mental selain kepada Allah. Dengan mengatakan “tidak ada tuhan selain Allah”, seorang manusia-tauhid memutlakkan Allah Yang Maha Esa sebagai Khaliq atau Maha Pencipta, dan menisbikan selain-Nya.
Dengan demikian, tauhid berarti komitmen manusia kepada tuhan penciptanya sebagai fokus dari seluruh rasa hormat, rasa syukur dan sebagai satu-satunya sumber nilai. Apa yang dikehendaki oleh Allah akan menjadi nilai (value) bagi manusia-tauhid, dan ia tidak akan mau menerima otoritas dan petunjuk, kecuali otoritas dan petunjuk tuhan dari keterngan di atas dapat kita ambil beberapa kesimpulan tentang apa yang terdapat dalam ritual berqurban (hikmah) dlam Islam antara lain untuk bertaqorrub kepada Allah, menghidupkan sunnh-sunnahiman orang yang bertauhid kepda nabi terdahulu, dan sebagai bentuk syukur kepada Allah.
Sakramen hari raya Idhul Adha biasanya titandainya dengan di potongnya hewan kurban, berkurba pada umat Islam menjadi fenomena yang umum dalam kebiasaan-kebiasaan umat Islam.
Berkurba juga selain dimaknai sebagai suatu bentuk ibadah yang berhubungan dengan Tuhan juga bisa di hubungkan dengan sisi kemanusiaan dengan nilai-nilai seuatu pesan moral dan pesan-pesan ketauhidan sebagai pondasi utama dalam setiap beragama. Dalam berkurban pun tidak hanya dimaknasi sebagai daya spiritual atau kesaleha seseoarang akan tertapi dengan berkurban seseoarang bisa juga membuat grafik kenaikan status sosial di masyarakat.
Bacaan
Elizabe. K. Nottingham. “Agama dan Masyarakat’Suatu pengantar sosiologi agama’, Jakarta, PT Raja Grafindo Persada. 1996
Hasbi As-Sidiqi “Tuntunan dalam berqurban” , Bulan Bintang, Jakarta 1989
Abdul Mut’al al-Jabar, “Cara Berqurban”. Gema Insani Press, Jaakart 1996
H. M. Arifin M. ED. “menguak misteri ajaran agama-agama besar”,Golden Rayon Press, Jakarta1986

Tidak ada komentar:

Posting Komentar